SEJARAH DEMANG KAYUNAN
ألسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
ألحمد لله رب العالمين
أللهم صل وسلم وبارك على سيدنا ومولانا محمد عبدك ورسولك النبي الامي وعلى أله وصحبه وكل من تبعهم باحسان الى يوم الصراط المستقيم
Kayunan masa kini merupakan nama suatu dusun yang berada di Desa Rahayu. Desa Rahayu berada di Kecamatan Sokosari Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Desa yang memiliki luas lahan 206.488 m² ini sebelah utara berbatasan dengan Desa Sumurcinde, sebelah timur dengan Rengel, selatan dengan Desa Sandingrowo dan barat dengan Desa Sokosari. Desa Rahayu terbagi menjadi beberapa dusun antara lain Dusun Nggandu, Mudiharjo, Delik, Sarirejo dan Kayunan. Di desa ini terdapat industri rumah tangga yang bergerak dalam pembuatan anyaman bambu secara turun-temurun.
Pada jaman penjajahan Belanda dan Jepang, Desa Rahayu merupakan wilayah Kademangan yang memiliki wilayah lebih luas daripada Kawedanan. Saat itu bernama Kawedanan Kayunan yang dipimpin oleh seorang demang bernama Wiroguno (Versi Keluarga Besar di Kayunan, Maibit, Rengel dan Beron) atau Singomenggolo (Versi Eyang Singonoyo Sukorejo-Bojonegoro). Karena Wiroguno atau Singomenggolo memiliki jabatan demang maka beliau lebih dikenal dengan sebutan Demang Kayunan, sehingga lengkapnya Wiroguno Singomenggolo Demang Kayunan.
Konon Kademangan Kayunan meliputi beberapa wilayah kekuasaan seperti Widang, Plumpang, Rengel, Sokosari, Parengan dan Bancar. Setelah Nusantara merdeka dan berganti menjadi sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Pancasila, lalu Kademangan Kayunan berubah menjadi Kawedanan Rengel dengan wilayah kekuasan meliputi 5 Kecamatan. Setelah Kawedanan kemudian berubah menjadi lebih sempit yakni Kecamatan.
Masing-masing kecamatan yang dulunya merupakan wilayah kekuasaan kawedanan Rengel akhirnya terpisah dan berdiri sendiri menjadi Kecamatan, sebagaimana kita lihat seperti sekarang ini.
Dikisahkan Demang Kayunan termasuk Tokoh Penyebar Islaam di wilayah Tuban bagian selatan. Bahkan menurut catatan informan penelitian ini bernama Zakariya Al Anshori (SUHU) ringkasan dan Dasim 'Usman serta dibantu oleh Ustaadz Haasyim Goang-Nguruan-Sukosari, di mana ketiganya masih memiliki garis keturunan dengan Mbah Demang Kayunan menyatakan bahwasanya keturunan Mbah Demang Kayunan adalah penyebar Islaam di wilayah Kecamatan Rengel, Sokosari dan bahkan sampai Sukorejo Kabupaten Bojonegoro. Peran keturunan atau dzurriyyah Mbah Demang Kayunan ini banyak yang menjadi Kiai dan Lurah atau Petinggi di beberapa desa di wilayah kecamatan tersebut.
Berdasarkan silsilah Eyang Demang Kayunan, SUHU panggil Mbah/Kakek/Eyang Gantung Siwur alias Mbah/Kakek/Eyang Tingkat 6*. Berhubung SUHU panggil Paklik Dasim dan Paklik Haasyim yang berarti beliau panggil Mbah/Kakek/Eyang Udheg-Udheg alias Mbah/Kakek/Eyang Tingkat 5.
Penggubah Sholawaat Badar yaitu KH. ‘Alii Manshuur yang makamnya terletak di Desa Maibit Kecamatan Rengel juga memiliki hubungan kekerabatan dengan Mbah Demang Kayunan sebagai Generasi Cicit Menantu dari jalur Nyai KH. ‘Alii Manshuur binti KH. Ahmad Faqiih bin H. Abuu Thoolib bin Onggojoyo/Unggojoyo/Ronggojoyo Petinggi Nguruan bin Cocokroworo Petinggi Sundulan bin Kicorowo bin Wiroguno Singomenggolo Demang Kayunan.
KH. Ahmad Faqiih Maibit merupakan Adik Kandung dari H. 'Utsman (Kakek Kandung SUHU jalur IBUNDA) dan Kakak-Kakaknya Mbah Siti Asiyah Maibit, Mbah H. Syakuur Pekuwon dan Mbah H. Shoolih Maibit.
Setelah wafat Demang Kayunan dimakamkan di area pemakaman yang bersebelahan dengan Pasar Desa Rahayu. Makam Mbah Demang Kayunan memiliki ukuran relatif lebih panjang dari ukuran rerata makam lainnya.
Peziarah sangat mudah menemukan makam Mbah Demang Kayunan karena selain ditandai dengan sebuah bangunan terbuka berlantaikan keramik dan berpagar, juga terdapat pohon mengkudu atau kudu.
Melacak Mbah Demang Kayunan
Nama Mbah Demang Kayunan menurut dzurriyyah jalur Sukorejo Bojonegoro adalah Demang Singomenggolo, sedangkan menurut dzurriyyah Maibit, Rengel dan Beron menyebut beliau dengan nama Mbah Demang Wiroguno. Tahun kelahiran Mbah Demang Kayunan belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan lahir tahun 1761 M.
Penelusuran garis keturunan Mbah Demang ke atas juga menghadirkan dua versi, yaitu melalui jalur Paku Buwono II Surakarta-Solo dan jalur Keraton Yogyakarta yang didirikan oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I) yang sama-sama merupakan
cucu kandung dari Prabu Amangkurat/Hamangkurat Jawi atau Amangkurat/Hamangkurat IV bin Pangeran Puger/Raden Mas Drajat/Prabu Pakubuwono I bin Prabu Amangkurat I bin Raden Mas Rangsang/Sultan Agung Hanyokrokusumo bin Prabu Mas Jolang Hanyokrowati/Prabu Sedo Ing Krapyak bin Prabu Sutowijoyo Senopati Ing Ngalogo Sayyidin Panotogomo bin Ki Ageng Pemanahan (versi lain Prabu Sutowijoyo bin Mas Karebet Joko Tingkir/Sultan Hadiwijoyo) bin Ki Ageng Selo Penangkap Petir ('Abdur Rohmaan) bin Ki Lembu Peteng bin Ki Bondan Kejawan bin Prabu Brawijoyo V Kertabhumi dengan Isteri Selir/Ampeyan.
Dari Mbah Demang Kayunan lahirlah seorang putera bernama Eyang Kicorowo yang juga menggantikan kedudukan Demang setelah ayahnya meninggal dunia.
Demang Kicorowo mempunyai empat orang putera yaitu :
1. Cocokroworo.
2. Tunggolo.
3. Tinggolo.
4. Dipojoyo.
Eyang Cocokroworo adalah Lurah Karangdowo atau Sundulan (kini ikut Desa Sandingrowo Kecamatan Sokosari) yang menjabat sekitar tahun 1842 -- 1867 M memiliki 5 orang putera yaitu :
- KH. Muqoddas Sandingrowo,
- Unggojoyo/Onggojoyo/Ronggojoyo Lurah Nguruhan-Sokosari ,
- Ungggongali,
- Jalinah, dan
- Murni Pekuwon-Rengel.
Eyang Tunggolo memiliki putera :
- Lurah Kertowijoyo,
- Lurah menantu putera Tinggolo, dan
- Muhammad Rois.
Eyang Tinggolo memiliki 6 putera yakni :
- Jari Karangasem-Karangtinoto,
- Irorejo Nguruhan-Sokosari,
- Tijoyo Kayunan-Rahayu Sokosari,
- Syariif Kayunan-Rahayu Sokosari,
- Sampet Santren-Nguruhan Sokosari, dan
- Pono/H.Idris Kayunan/Rahayu Sokosari.
Kemudian Dipojoyo putera terakhir dari Kicorowo bin Demang Wiroguno/Singomenggolo dengan istrinya KATI binti Singojoyo bin Singonoyo Sukorejo-Bojonegoro berputera 6 (enam) orang yakni :
- H.Idris Kalianyar Kapas Bojonegoro,
- H Fatkhur Rosyid Sembung Kapas Bojonegoro,
- H Ali ( Merto ) Sukorejo Bojonegoro,
- H. Abdul Rosyid Balen Bojonegoro,
- Satinah Sukorejo Bojonegoro,
- Jumirah Sukorejo Bojonegoro.
Eyang Demang Kayunan termasuk Tokoh penyebar Islam di wilayah Kecamatan Soko bagian Timur. Konon menurut sejarah lisan, di Kayunan inilah Masjid yang pertama dibangun untuk menunaikan Sholaatul Jum’ah bagi desa-desa di sekitarnya. Sebagai Tokoh Penyebar ISLAAM pertama, atau dalam bahasa Jawa disebut “Babat Dalan atau Babat Alas”, maka proses
ISLAAMISASI di wilayah ini, Eyang Demang Kayunan memiliki peran penting apalagi kedudukannya sebagai Demang.
Jabatan Demang saat itu yang membawahi beberapa wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan Kawedanan dan Kecamatan sangat strategis jikalau dilihat dari prespektif pendekatan da'wah. Da'wah dapat dilakukan melalui tiga pendekatan atau metode yaitu bi al lisaan, bi al kitaabah, dan bi al haal. Di antara tiga pendekatan tersebut da'wah bi al lisaan menjadi pilihan terpopuler dan biasa dilakukan termasuk oleh Para Waliyullooh di Tuban Bumi Wali ini.
Eyang Demang Kayunan mampu melakukan da'wah bi al lisaan dan bi al haal, karena beliau sebagai pemangku kekuasaan. Dengan demikian Eyang Demang bisa dikategorisasikan sebagai Daa’ii yang Penguasa atau Penguasa yang Daa’i. Bukan sesuatu yang kebetulan jikalau kemudian diketahui bahwasanya sebagian besar keturunan beliau (mulai dari anak, cucu, buyut, canggah, wareng, udeg-udeg) banyak menjadi Lurah atau Petinggi dan Tokoh Penting Agama ISLAAM yang menyebar di beberapa Desa Wilayah Kabupaten (Tuban dan Bojonegoro).
Selain sebagai pemegang kekuasaan (baca jabatan formal) keturunan Eyang Demang Kayunanpun banyak yang meneruskan perjuangannya dalam melakukan ISLAAMISASI, seperti melalui Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren dan minimal Taman Pendidikan Qur-aan atau Kiyai Langgaran atau berperan sebagai “Pembuka Jalan” atau Babat Alas dalam penyebaran ISLAAM di Wilayah Desa lainnya.
Demikianlah sekelumit Kisah Eyang Demang Kayunan Wiroguno Singomenggolo saudaraku saudariku. Bilamana ada yang kurang bisa diperbaiki lagi. Semoga bermanfaat ... Aamiin.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Edisi 1, Ahad, 28-2-2021 :
Mbah Dasim Carik Kayunan-Sukosari-Penulis Utama.
Edisi Revisi 2, Senin, 1-5-2021 :
KH. Syamsiir Nguruhan-Bekasi.
Edisi Revisi 3, Senin, 1-5-2021 :
Mbah Dasim Carik Kayunan-Penulis Utama.
Edisi Revisi 4, Senin, 1-5-2021 :
Zakariya Al Anshoorii (SUHU) Beron-Punggulrejo-Rengel.
Edisi Revisi 5, Senin, 14-2-2022 :
Zakariya Al Anshoorii (SUHU) Beron-Punggulrejo-Rengel (Utara Persis Telaga/Sendang/PDAM Beron dan utara MIN 2 Tuban di Beron, Masjid Taqwaa Beron dan PAUD Al Birru Beron) .
Proses Penulisan :
Group BDK-Ahad, 28-2-2021
[1/3 09.16] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ 21: Puniko taksih proses.
Dereng finish.
[1/3 09.17] Dasim KDKW: Inggeh kak suhu
[1/3 09.22] +62 821-7856-8980: Muga segera kelar dlm menerbitkan buku dzuriyah mbah demang bpk
[1/3 09.30] Gus Syamsir Kico BDK: Mohon mf mbah carik dalem.. rapikan nggih mbah dan gambar diperbesar agar saudara2kita supaya agak mudah untuk membacanya nggih. Nyuwun sewu..
Mbah
[1/3 09.48] Dasim KDKW: Ouw siap gpp p samsir momggo🙏
[1/3 11.11] Gus Syamsir Kico BDK: Di simpen ke laptop. P guru. Nangke dipun prin. Ngge dukumen mtr nuwun. Nggih
[1/3 11.16] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ 21: _Rencana Mbah Carik Dasim pancen bade dipuncetak kok ... Sami Sama Same 🧘♂️🙂🙏👍✋💥⭐_
[1/3 11.39] Gus Syamsir Kico BDK: Siap. Monitor....
Group Team Penulis BFK-Senin, 1-3-2021
[1/3 06.59] Dasim KDKW: Hasil revisi ☝️
[1/3 09.15] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ 21: Nuwun Sewu ... 🧘♂️😔🙏💥⭐
Pakubuwono yg mana yg dimaksud ... ?
*Catatan Sementara :*
*1. Pakubuwono II* bin Prabu Amangkurat IV bin Pangeran Puger (Raden Mas Drajat/Pakubuwono) bin Prabu Amangkurat I Tegal Arum bin Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Hanyokrokusumo) bin Prabu Mas Jolang Hanyokrowati (Prabu Sedo Ing Krapyak) bin Sutowijoyo bin Ki Ageng Pemanahan (Versi lain Sutowijoyo bin Joko Tingkir + Istri Sirri).
*2.Pangeran Mangkubumi/Sultan Hamengkubuwono I* bin
Prabu Amangkurat IV bin Pangeran Puger (Raden Mas Drajat/Pakubuwono I) bin Prabu Amangkurat I Tegal Arum bin Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Hanyokrokusumo) bin Prabu Mas Jolang Hanyokrowati (Prabu Sedo Ing Krapyak) bin Sutowijoyo bin Ki Ageng Pemanahan (Versi lain Sutowijoyo bin Joko Tingkir + Istri Sirri).
3. Raden Mas Aryo Mangkunegaran --> Keraton Solo.
No. 1, 2, 3 bersaudara, sama2 bin Prabu Amangkurat IV/Hamengkurat IV.
[1/3 09.17] +62 853-...7-...6: yg pasti pakubuwono I
[1/3 09.36] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ 21: Jikalau itu memang ya.
Namun narasi sebelumnya kurang jelas.
Bilamana sama2 cucu2nya Pakubuwono I, perlu perbaikan narasi tentang Pakubuwono.
[1/3 09.37] Dasim KDKW: monggo disinkronkan beberp persi
[1/3 09.40] Dasim KDKW: sing leres despundi monggo dileresake Kak SUHU.
[1/3 09.41] Dasim KDKW: klo tidak ada perbaikan ya gpp biar tercetak dulu,nanti persi cetakan kedua dst kita perbaiki.
[1/3 09.41] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ 21: Tunggu dulu.
[1/3 11.14] Dasim KDKW: Jos revisi ketikannya 👍
[1/3 11.17] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ 21: _Kersaning gampil dipunpahami ... 🧘♂️🙂🙏👍💥⭐_
و الحمد لله رب العالمين
صلى الله على محمد
No comments:
Post a Comment